Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Akibat Fatal Bagi Siswa dari Guru yang Mempermudah Nilai


Guru yang baik, murah senyum, penuh kasih sayang merupakan idola siswa di kelas. Namun bagaimana kategori guru yang suka mempermudah nilai? Apakah perbuatan ini tidak menimbulkan dampak negatif pada siswa?

Membahagiakan siswa dengan cara mempermudah nilai merupakan perbuatan yang kurang baik, dan dapat membuat karakter siswa menjadi bobrok dan ridak sesuai dengan norma.

Berikut beberapa kategori guru yang mempermudah nilai, diantaranya :

1. Guru memberi nilai tambahan agar siswa naik kelas.

Memberi nilai tambahan seharusnya melalui beberapa proses. Baik melalui remidi, tambahan tugas, dan bentuk usaha lain. Jika guru memberi nilai tanpa memberi tugas dahulu, maka guru tersebut tergolong mempermudah nilai.

2. Guru membantu siswa menjawab soal.

Soal ditujukan agar guru mengetahui kemampuan peserta didik selama melakukan proses pembelajaran. Namun, sangat tidak wajar jika guru justru membantu siswa menjawab soal. Lantas untuk apa siswa diberi soal jika pada akhirnya guru membantu menjawabnya? Sebaiknya berlaku bijak dalam bersikap termasuk saat memberi soal evaluasi kepada siswa.

3. Guru mengeluarkan soal yang sama dengan soal sebelumnya.

Soal evaluasi tentunya harus memiliki sifat dapat mengukur dan meningkatkan kemampuan siswa. Tentunya sangat tidak etis jika soal yang diberikan mirip dengan soal sebelumnya atau bahkan sama persis. Untuk itu sebagai guru yang profesional sebaiknya gunakan soal yang bervariatif bagi siswa. 

4. Guru memberi nilai KKM tanpa memperhatikan kelayakan.

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) merupakan salah satu titik ukur atas ketercapaian nilai yang diperoleh siswa. Siswa yang menguasai pelajaran tentunya memiliki nilai di atas KKM. Namun apabila siswa kemampuannya belum mencapai KKM alangkah baiknya jika sebagai guru memberi tugas tambahan atau remidial hingga siswa mencapai nilai KKM dengan berusaha. 

5. Guru berpikir siswa akan mampu pada saatnya.

Siswa mempunyai karakter dan kemampuan yang berbeda-beda. Sebagai guru juga tidak sepatutnya menyamakan kemampuan siswa yang satu dengan lainnya. Di sini belajar merupakan sebuah proses, yang nantinya akan memiliki hasil. Untuk itu, memberi nilai sesuai kemampuan siswa jauh lebih baik daripada mengobral nilai dengan beranggapan siswa akan mampu pada saatnya nanti.

Sebenarnya nilai bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Namun yang dinamakan sebuah pembelajaran yakni proses yang merubah dari yang tidak tau menjadi tau, dari yang tidak bisa menjadi bisa. BUkan sepenuhnya pada nilai yang sempurna. 

Mempermudah nilai siswa akan memberikan akibat yang fatal baik bagi guru dan siswa. Berikut akibat-akibat fatal jika guru mempermudah nilai:
1. Siswa akan menyepelekan pelajaran
2. Siswa akan senang ketika banyak jam kosong, namun nilai baik
3. Siswa menjadi pemalas
4. siswa menjadi pribadi yang tidak bertanggung jawab
5. Siswa terlatih manja dan tidak mau bekerja keras
6. Siswa kehilangan pengalaman mencoba, mengalami, belajar, dan melakukan

Bagaimanapun juga tidak ada guru yang menginginkan siswanya mengalami 6 akibat fatal di atas. Dimana siswa berpikir dapat mendapatkan sesuatu tanpa bekerja keras, sehingga tidak ada yang perlu diperjuangkan mati-matian. Pikiran sesperti itu dapat mengancam masa depan siswa dalam masyarakat kelak. 

Mari jadi guru yang berkualitas dan profesional. Sehingga dapat menciptakan generasi yang berkompeten di masa depan. 
Azza Blog
Azza Blog Pengajar di MI Muhammadiyah 1 Plabuhanrejo

Posting Komentar untuk "Akibat Fatal Bagi Siswa dari Guru yang Mempermudah Nilai"